Tanggal2 Desember 2014, Wito dan Novi berkunjung ke Panti Asuhan Suaka Kasih Bunda di BSD City - Serpong, karena kami mendapat informasi bahwa ada tiga orang anak di sana yang akan masuk SD tahun depan. Kami bermaksud untuk memberikan informasi mengenai program ini, agar sebagai warga Paroki, mereka juga bisa mendapatkan bantuan pendidikan melalui
PANTI Asuhan Anak Yatim Piatu dan Fakir Miskin Al-Ilham, Jalan Unggas, Simpang Tiga, Pekanbaru. SELASAR RIAU, PEKANBARU - Sekelompok anak-anak asyik bermain catur di teras. Sedangkan lainnya, membuat tugas di kamar bersama-sama. Anak-anak perempuan lainnya, sibuk menjemur pakaian yang baru saja usai dicuci, dijemuran. Gambaran seperti itu, anak-anak bermain di teras, belajar bersama di dalam kamar bersama-sama, serta jemur pakaian saat matahari mulai naik, sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Tidak banyak perabotan dalam kamar. Di ruang tidur seukuran 8x5 meter itu, hanya ada tiga alas tidur sudah lusuh. Di sisi dinding lainnya, terdapat rak meletakkan pakaian dan peralatan lain anak-anak panti asuhan. ANAK-anak penghuni Panti Asuhan Al-Ilham, Pekanbaru. Tak hanya sekelompok saja, setidaknya, 81 anak menghuni Panti Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Al-Ilham, Jalan Unggas, RT/RW 002/001, Simpang Tiga, Bukit Raya, Pekanbaru. Dari 81 anak penghuni Panti Asuhan Al-Ilham, perinciannya 43 laki-laki dan 38 perempuan. Hingga kini, sekolah diliburkan dari aktivitas belajar-mengajar. Penghuni panti terpaksa mengikuti proses belajar dari panti asuhan. Tengah pekan lalu, Pengelola panti, Badinar bercerita, Covid-19 membuat beban biaya bulanan semakin membengkak. Kondisi ini diperparah lagi dengan tagihan listrik PLN semakin membengkak dan mencekik leher. Ketika itu, ceritanya, dipicu pernyataan pemerintah, tagihan listrik akan diberi potongan. Badinar coba bayar lewat dari tenggat waktu. Nyatanya PLN datang dan langsung memutus aliran listrik di panti. Tanpa ada peringatan lebih dulu."Janji-janji listik murah itu omong kosong, harusnya kita kalau sudah berjanji itu harus ditepati," ucapnya kembali menceritakan kronologis peristiwa pemutusan listrik di panti. Waktu itu, usai bulan puasa. Hari Jumat, pengurus biasa memasak lapor ke Badinar, kalau listrik mendadak diputus. PENGELOLA Panti Asuhan dan Fakir Miskin Al-Ilham, Pekanbaru, Badinar. Emosinya memuncak saat tahu listrik di panti asuhan diputus secara sepihak oleh PLN. Ia sempat memaki pihak PLN yang hanya beban listrik saja bertambah, makan dan minum bagi anak-anak yatim piatu serta tak mampu menghuni Panti Asuhan Al-Ilham, ikut membengkak. Masa Covid-19 ini, pengelola harus memasak hingga 80 kilogram makanan harian. Badinar mengatakan, setiap bulannya panti asuhan harus mengeluarkan uang sedikitnya Rp 70 juta untuk biaya operasional tersebut. Jumlah tersebut, selain makan dan minum, juga memenuhi kebutuhan lainnya. Antara lain, biaya listrik, honor pengurus, dan sebagainya."Di sini jumlah penghuni beserta pengurus harian ada 85, dengan saya Badinar, cukup besar biaya makan setiap harinya," jelas awal-awal pandemi Covid-19, jelasnya, ia pernah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Pemko Pekanbaru berupa beras 10 karung, 5 bungkus minyak makan, mi instan, telur dan susu. Sebagai tambahan juga diberi masker dan hand ditanyakan, bagaimana anak-anak penghuni panti berjumlah 81 orang bersekolah. Badinar menjelaskan, semua anak bersekolah di Smart Indonesia School, mulai SD, SMP hingga SMA/SMK sederajat. Namun selama pandemi, anak-anak belajar dari rumah dengan metode dalam jaringan daring. Sesekali ada kunjungan dari para guru ke mengatakan, Smart Indonesia School memberikan potongan biaya masuk sekolah dan uang SPP. Untuk biaya masuk, tuturnya, dari Rp 3 juta, pengelola Panti Asuhan hanya membayar Rp 1 juta. Begitu juga pembayaran SPP, dari Rp 300 ribu menjadi Rp 150 ribu per antar dan jemput anak-anak Panti Asuhan bersekolah. "Sebelum Covid-19, anak-anak biasanya diantar ke sekolah dengan bus milik panti. Tapi sekarang, mereka harus belajar dari rumah saja," kata asuhan ini sudah berdiri selama lima tahun silam. Berawal dari hanya satu unit rumah tua terbuat dari papan kayu. Setelah Badinar punya cukup uang, ia membeli tanah tak jauh dari lokasi panti saat ini."Surat izin operasional dari Pemerintah Kota Pekanbaru, Dinas Sosial dan Pemakaman, berlaku sejak 13 Oktober 2016 hingga 13 Okrober 2021, tapi kami sudah buka tiga bulan sebelum itu," katanya menjelaskan. Setiap tahunnya, penghuni panti asuhan akan berganti. Anak-anak yang sudah tamat sekolah tidak lagi tinggal di panti dan digantikan dengan anak-anak akan masuk."Tahun kemarin sudah ada tamat 5 anak dan bekerja," asuhannya merawat anak-anak piatu dan fakir miskin. Selama pandemi, bagi mereka yang masih punya keluarga biasanya pulang ke rumah untuk beberapa Faruq 14, penghuni panti siang itu sedang melihat temannya bermain catur. Ia mengatakan, kegiatan anak-anak di panti selama pandemi adalah membersihkan pekarangan, merawat tanaman, dan belajar."Saya belajar online pakai ponsel abang, tugas dikumpul lewat ponsel, kadang videocall, untuk kuota dibeli pakai uang sendiri. Hanya saja, saya sulit memahami materi selama belajar online," kata bocah kelas 1 SMP sendiri berharap selamanya panti akan terus berdiri. "Saya berdoa semua penghuni selalu diberi kesehatan, umur panjang, dimudahkan rezekinya. Sekolah sampai mencapai cita-cita mereka," tutupnya.
Brebes - Aan Diniyati 40, warga Desa Kertabesuki, Wanasari, Brebes, harus mendorong kursi roda sejauh 10 kilometer demi mengantar suami ke rumah sakit, dua kali sepekan. Aktivitas ini terpaksa dilakukan Aan sejak 2018 karena tak punya Diniyati mengaku dirinya harus mendorong sendiri kursi roda karena tidak memiliki biaya untuk sewa ambulans. Terlebih dalam satu minggu harus dua kali bolak balik ke rumah sakit, tentu akan memerlukan banyak biaya."Alasannya karena tidak ada ongkos buat bayar sewa ambulans. Kan harus beli bensin sama bayar sopir. Jadi jalan kaki saja sambil dorong suami ke Rumah Sakit Bhakti Asih," ungkap Aan Diniyati kepada detikJateng, Sabtu 10/6/2023. Suami Aan Diniyati, divonis gagal ginjal sejak 5 tahun silam. Sejak itulah, Nurohman 56, suami Aan, rutin menjalani cuci darah di RS Bhakti darah ini dilakukan rutin dua kali dalam satu pekan. Setiap kali cuci darah, Aan mengantar sendiri suaminya itu dengan berjalan kaki dorong kursi tempuh dari rumah ke rumah sakit pun lumayan jauh, sekitar 5 km. Sehingga dalam sekali berobat dia harus jalan 10 km pulang mengurus suami, wanita ini mengaku, perhatian terhadap anak berkurang. Selain harus mengurus keperluan sehari hari, dia juga perlu mencari nafkah untuk alasan itu, Aan menitipkan anaknya ke salah satu panti asuhan agar bisa tetap sekolah. "Supaya bisa tetep sekolah, anak saya satu satunya saya titipkan ke panti asuhan. Alhamdulilah biaya sekolah ditanggung panti," Direktur RS Bhakti Asih, dr Khoziatun Azmi mengatakan, selama masa pengobatan semua biaya ditanggung oleh BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran PBI. Sehingga, keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya apapun."Alhamdulillah, selama cuci darah menggunakan BPJS Kesehatan PBI. Jadi, tidak bayar," tukas Azmi. Simak Video "Ganjar Ingatkan Bahaya Hoaks Saat Hadiri Haul KH Dalhar Watucongol" [GambasVideo 20detik] aku/aku
Ilustrasi cara adopsi anak sumber foto Krisna Tedjo by anak adalah impian bagi sebagian besar orang tua. Namun, sayangnya tidak semua orang berkesempatan untuk mendapatkan posisi tersebut. Oleh karena itu, mengadopsi anak dinilai sebagai salah satu alternatif untuk merasakan posisi menjadi orang tua. Tata cara adopsi anak perlu diperhatikan karena prosedur yang harus dilakukan juga sangat panjang. Salah satu lembaga yang menjadi tempat bernaungnya anak-anak adalah panti asuhan. Lalu, bagaimana cara mengadopsi anak di lembaga tersebut? Agar mengetahuinya, simak pemaparannya lebih lanjut di artikel Adopsi Anak di Panti AsuhanMengutip buku Hukum Mengadopsi Anak oleh Muftisany 2021, adopsi anak merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang memiliki rezeki yang lebih untuk mengasuh dan merawat anak yang bukan darah dagingnya. Berikut adalah tata cara mengadopsi anak yang perlu diikuti oleh para calon orang tuaIlustrasi cara adopsi anak sumber foto by Siapkan Dokumen yang Dibutuhkan• KK, KTP, dan surat nikah• Akta Kelahiran Calon Anak Angkat• Surat keterangan dari Rumah Sakit Pemerintah yang dibuat oleh Dokter Ahli Kandungan untuk calon ibu yang divonis tidak bisa mengandung anak.• Surat keterangan pendapatan dari tempat bekerja• Surat pernyataan tertulis tujuan mengadopsi anak• Surat Persetujuan dari keluarga calon orang tua2. Melakukan Uji Kelayakan Orangtua AngkatUsai menyerahkan dokumen yang dibutuhkan pada Dinas Sosial setempat, Anda perlu melakukan uji kalayakan untuk menjadi orang tua angkat. Fase ini dilaksanakan oleh pekerja sosial yang mendapat wewenang melakukan kunjungan ke rumah calon orang tua Mengasuh Anak SementaraTahap yang berikutnya adalah calon orang tua akan melalui fase mengasuh anak dari panti asuhan dalam jangka waktu sementara. Proses ini dilakukan selama enam bulan dengan catatan harus memberi laporan secara Penerimaan Surat Rekomendasi dari Dinas SosialJika penilaian dinyatakan positif, maka Dinas Sosial akan menerbitkan surat rekomendasi yang ditujukan kepada Kemensos untuk diterima oleh Direktur Pelayanan Sosial PengadilanSetelah mendapat Surat Keputusan Menteri Sosial, calon orang tua perlu mengajukan Permohonan Penetapan dari Pengadilan Negeri. Kemudian, Anda akan memperoleh surat Penetapan Pengadilan yang perlu disampaikan kembali ke Kementrian Sosial untuk serangkaian proses yang perlu dilakukan untuk adopsi anak dari panti asuhan. Adapun biaya adopsi anak adalah gratis alias tidak dikenakan pembayaran selama proses regulasi berlangsung. DLAArtikelini bertujuan untuk mengetahui apa saja kebutuhan anak yang diberikan oleh lembaga panti sosial asuhan anak (PSAA). Sumber data penelitian ini adalah pihak yang terkait dalam lembaga PSAA.